Tuesday 9 March 2010

Prof.DR.Dr. Sidartawan Soegondo, SpPD,KEMD,FACE

Kalau kita berbicara tentang diabetes atau kencing manis di Indonesia, kita tidak bisa terlepas dari tokoh yang satu ini, siapa dia? Simak informasi singkat mengenai dia:



Prof Sidartawan dilahirkan di Amsterdam, tahun 1944 silam dan saat ini merupakan Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) periode 2005-2008. Beliau lulus kedokteran dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) tahun 1971 dan menyelesaikan spesialis penyakit dalam pada tahun 1985. Prof Sidartawan merupakan spesialis penyakit dalam, konsultan endokrin, metabolik dan diabetes di FKUI dan berpraktek di RS Husada, Jakarta Pusat. Beliau telah menjadi Fellow American College of Endocrinology sejak tahun 2005.

Penggemar kopi dan teh ternyata memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit diabetes tipe 2

Para penggemar kopi dan teh ternyata memiliki risiko lebih rendah terkena penyakit diabetes tipe 2, yakni diabetes yang tidak bergantung pada insulin dan merupakan tipe diabetes yang lebih umum.

Namun khasiat kopi dan teh untuk melindungi tubuh bukan berasal dari kafein yang terkandung di dalamnya. Terbukti karena kopi yang non-kafein (decaf) memiliki efek terbaik untuk menangkal penyakit diabetes. Demikian dimuat dalam Archives of Internal Medicine, jurnal medis dua bulanan yang diterbitkan oleh Asosiasi Medis AS.

Mereka mendasarkan kesimpulan ini pada 18 hasil penelitian yang melibatkan 500 ribu orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa orang yang minum teh 3-4 gelas kopi atau teh per hari menurunkan risiko diabetes 20 persen atau lebih. Bahkan jika yang diminum adalah kopi non-kafein maka efeknya akan lebih baik yakni lebih dari 30 persen.

Penderita penyakit diabetes tipe dua biasanya mulai merasakan keluhan pada umur 40 tahun dan semakin terasa ketika tubuh tidak memproduksi insulin yang tepat yang dibutuhkan tubuh. Biasanya diabetes tipe dua ini diatasi dengan menu diet sehat dan meningkatkan aktifitas fisik. Obat-obatan serta suntikan insulin kadangkala juga dibutuhkan untuk mengatasi keluhan penderita diabetes.

Para peneliti percaya penemuan kopi dan teh mengantung zat aktif menangkal diabetes akan membuka jalan baru dalam langkah dasar untuk menangkal diabetes mellitus. Apalagi jika penelitian lebih lanjut menguatkan hal ini, maka dokter dapat menyarankan pasiennya minum kopi atau teh sebagaimana ia menyarankan pasiennya teratur berolahraga dan menjaga berat badan mereka.

Kombinasi antara data serta analisis para peneliti menunjukkan setiap tambahan cangkir kopi yang dikonsumsi memotong risiko diabetes sebesar 7 persen. Kepala Peneliti dari Universitas Sydney, Australia, Rachel Huxley menegaskan karena penelitian menunjukkan kopi non-kafein berdampak lebih baik, maka zat yang mencegah diabetes jelas bukanlah kafein.

Komponen lain dalam kopi dan teh, diantaranya magnesium dan antioksidan, diketahui merupakan bahan klorogenik yang mampu memperlambat pelepasan glukosa ke dalam aliran darah ditengarai sebagai bahan aktif yang menjaga seseorang dari diabetes.

“Identifikasi adanya komponen aktif dari minuman ini akan membuka cara baru dalam pencegahan diabetes mellitus,” tutur Dr Huxley. Implikasinya, penanganan terhadap orang-orang yang memiliki risiko diabetes melitus menjadi akan sangat berbeda.

Namun, Dr Victoria King, ahli diabetes dari Inggris berpendapat hasil penelitian itu harus dipandang hati-hati. Pasalnya, meski orang yang minum teh dan kopi relatif lebih rendah risiko diabetesnya, harus dilihat juga aktifitas fisik dan diet yang dilakukan orang yang diteliti.

“Yang jelas diabetes mellitus amat erat kaitannya dengan gaya hidup seseorang. Makan-makanan yang sehat, tinggi serat, menghindari lemak jenuh dan makanan manis berlebihan tetap merupakan langkah utama menghindari diri dari diabetes,” tuturnya.

Usia Muda

Data terbaru dari Federasi Diabetes internasional menunjukkan, Diabetes Atlas menujukkan bahwa 285 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes dan lebih bayak menimpa kaum muda. Lebih dari separuh jumlah tersebut adalah penduduk usia muda antara 20-60 tahun.

Data tersebut juga menunjukkan Indonesia masuk ke dalam daftar 10 negara terbanyak menderita dibetes, dengan India menempati peringkat pertama, kedua Cina dan AS ketiga.

Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) memproyeksikan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan membengkak sekitar 24 juta orang pada 2025. Angka ini melonjak hampir dua kali lipat dari angka penderita diabetes saat ini sekitar 12 juta orang.

Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) DR. Dr Achmat Rudianto SpPD-KEMD masalah diabetes di Indonesia akan berdampak besar pada ekonomi jika dibiarkan. “Karena biaya penanganan diabetes, apalagi jika sudah terjadi komplikasi,” ujar dia.

Menurut data Departemen Kesehatan pada 2008 terdapat 5,7 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau 12 juta orang menderita diabates. Orang yang masuk ke dalam golongan pra diabetes bahkan mencapai 11 persen.

Diabetes mellitus tipe 2 terjadi karena kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin. Akibatnya insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat terserap dan malah terbuang. bbc/una/rin
sumber Republika

Diabetes Center di Jogja International Hospital

Diabetes merupakan penyakit yang cukup menyita perhatian para
pengambil kebijakan di bidang kesehatan sehubungan dengan morbiditas
yang memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun tetapi
tidak seimbang dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
Diabetes itu sendiri , sebagaimana yang disampaikan oleh Prof
Sidhartawan mengutip pernyataan WHO bahwa Indonesia menduduki
peringkat ke 4 penderita diabetes di dunia. Prevalensi diabetes
tiap tahun cenderung meningkat. Penelitian PB Persadia, saat ini
prevalensinya 14,7 persen. Hal ini perlu diwaspadai dan kerjasama
antara pemerintah dan swasta dalam upaya menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian akibat Diabetes Mellitus di Indonesia.
Yogyakarta sebagai kota terpilih untuk tempat tinggal kaum lansia
setelah memasuki masa pensiun memiliki konsekuensi meningkatnya
angka kesakitan penyakit degeneratif termasuk Diabetes Mellitus.
Sementara ini belum ada rumah sakit di Yogyakarta yang menyediakan
Diabetes Center sebagai layanan unggulan untuk memenuhi demand di
masyarakat yang setiap tahun mengalami peningkatan. Menurut Menteri
Kesehatan DR.dr. Siti Fadillah Supari,Sp.JP(K) bahwa berdasarkan
data Depkes tahun 2005 jumlah pasien diabetes rawat jalan dan rawat
inap menempati urutan pertama untuk seluruh penyakit endokrin.
Layanan Kesehatan yang mampu memberikan one stop services untuk
penderita Diabetes Mellitus hanya bisa diperoleh di Rumah Sakit yang
memiliki Diabetic Center. Hal inilah yang menjadi latar belakang
Jogja International Hospital membuat JIH Diabetic Center dengan
dukungan empat pilar penatalaksanaan DM yang terdiri atas edukator,
terapi gizi medis, latihan jasmani dan intervensi farmasi serta
layanan dokter spesialis konsultan link diabetes seperti
kardiovaskuler, bedah jantung dan pembuluh darah, mata, saraf,
geriatri, ginjal, mata dan spesialis lainnya. Layanan ini diharapkan
bisa menjadi unggulan di masyarakat khususnya kaum diabetisi dan
prediabetisi.
Tujuan jangka pendek pembentukan Diabetes Center di JIH adalah
memberikan layanan yang mampu mengurangi atau menghilangkan keluhan
dan tanda diabetes, rasa nyaman dan tercapainya pengendalian glukosa
darah pasien-pasien diabetes. Di samping itu keberadaan layanan ini
diharapkan dapat deteksi awal masyarakat prediabetik di JIH.
Tujuan jangka panjangnya adalah tercegah dan terhambatnya
progresivitas penyulit mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati
pada pasien-pasien diabetes yang periksa di JIH serta turut
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas DM di Indonesia.
Layanan yang tersedia di JIH Diabetes Center diantaranya adalah
evaluasi medik lengkap mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang bagi pasien yang pertama kali periksa di
Primary Diabetic Care, konsultasi dengan ahli diabetes, gizi,
olahraga dan tindakan rujukan ke link spesialis terkait diabetes
sesuai dengan kondisi masing-masing, misalnya ke Konsultan Jantung
dan Pembuluh Darah, ginjal, saraf, mata, radiologi, bedah vaskuler,
geriatri dan lain-lain. Tersedianya siring pump dan insulin pump
dibawah pengawasan dokter spesialis konsultan diabetes sangat besar
manfaatnya bagi pasien rawat inap yang memerlukan penurunan kadar
gula darah dengan cepat untuk mencegah atau menghambat munculnya
komplikasi dan bagi pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
secepatnya. Tersedia juga ruang perawatan kaki dan komplikasi,
fisioterapi, senam diabetes dan Tai Chi. Diabetic Shop dibuka untuk
memberikan kemudahan bagi kaum prediabetisi dan diabetisi
mendapatkan kebutuhan sehari-harinya terkait dengan penyakitnya
seperti bahan makanan, minuman, perlengkapan sehari-hari seperti pen
insulin, insulin pump, sepatu diabetes, buku-buku terkait diabetes
dan sebagainya.
Persadia (Persatuan Diabetisi Indonesia) Unit juga dibentuk di JIH
sebagai wahana komunikasi dan kreasi bagi kaum diabetisi,
prediabetisi dan masyarakat yang peduli dengan diabetes dengan
fasilitas pendukung berupa ruang pertemuan, perpustakaan dan
sekretariat. Pendaftaran anggota Persadia Unit JIH silakan hubungi
dr. Prabata di JIH.

Persatuan Diabetes Jogja - JIH

Razi Fahmi,Pogung Baru Blok AIII/8, Depok, Sleman, Yk. >081328830016
Santi Lestari,Jl. Kyai Ronggo2, RT02/RW 05,Kranggan, Temanggung >085228008091
dr. Ronny Novianto,M.KesJogja International Hospital,>08179437770
Hani Suryandari,Psi Jogja International Hospital
Rahmad Surya N (DFS) Jogja International Hospital
Hapsari,Psi Jogja International Hospital,>08122964951
Devi Mayasari,Psi Jogja International Hospital >0811254626
Novi Poespita C,Psi Jogja International Hospital >081578690444
Catur S.A. Jogja International Hospital
Ns. Sri Rejeki,AMK Jogja International Hospital
Eko Veriana Kusnawati Jogja International Hospital
Titin Isna O,Ny Jl. Monjali 126 Yogyakarta,0274 9125599/081328428150
Soewondo,Bpk 0274 583338
Anies Baswedan 0274 583338
Dewi Anies Baswedan,Ny 0274 583338
Salimah Soewondo,Bpk 0274 583338
Umar Syarik Lumintang,Bpk 0852 400 63786
Dedy Oktarianto 0881 267 5733
Rina Candra,Ny 081 726 3218
Drs. H. Bambang Toto Udjiantoro,M.M., Psikolog Jl. Sertu harun M. Ali No.09, Bintaran Kidul,Yogyakarta,55151, 0274 376713/081 668 5213
Yustuti,Ny 0274 485570
Suhardiyanto,Bpk 0812 270 5410
Sugiarto,Bpk 0274 883346
Muchayan,Bpk 0274 881484
Irawati Singarimbun,Ibu, Sawitsari C8 Yogyakarta 0274 885924
dr. Harun Al Rasyid,Jl. Sendok CT VIII/135D Karanggayam yk. >081931486326/0274 544039
Bomantoro, >08175414199
Burhanudin Tsany,SPd(OK), >08562902414
dr. Anggoro Eka Raditya Jogja International Hospital, >08157920046
dr. Prabata Dayu Asri A1, Jl. Utama Dayu, Jakal km8,5, Ngaglik,Sleman,>0816681827
dr. Olly Renaldi,Sp.PD Jogja International Hospital,>08122799373
dr. Bowo Pramono,Sp.PD-KEMD,Jogja International Hospital,>08122697116